BacaJuga: Mengenal Keistimewaan Dan Keunggulan Pipa HDPE . 3. Tahan Lama Pipa PVC memiliki lifetime yang cukup lama yakni hingga 50 tahun, tapi perlu di ingat pula banyak faktor yang mempengaruhi umur pipa mulai dari penggunaan, iklim, suhu air atau limbah di dalam pipa, dan lainnya. 4. Instalasi yang mudah
Plastikmerupakan bahan yang paling sering digunakan oleh masyarakat. Baik masyarakat desa maupun kota, saat ini sudah sangat ketergantungan dalam menggunakan plastik, salah satunya adalah plastik sebagai pembawa belanjaan. Disamping kelebihan plastik yang memiliki sifat ringan, kuat dan mudah digunakan. Plastik memiliki kelemahan, yaitu berupa limbah plastik
Limbahplastik mengandung senyawa polimer yang berbeda-beda diantaranya adalah PET (Polyethylene Terephthalate), PE-HD (High-density Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), PE-LD (Low-density Polyethylene), PP (Polypropylene atau Polypropene), PS (Polystyrene) dan O ( Other). Senyawa-senyawa ini akan merusak lingkungan karena tidak
Penggunaanlimbah plastik pada pembuatan casing ini bisa dilatarbelakangi karena jumlah limbah plastik yang menumpuk dalam kehidupan masyarakat serta sifat plastik yang kuat dan cocok untuk dijadikan casing handphone. Casing handphone ini memiliki keunggulan unik yang tidak dimiliki oleh produk sejenis lainnya menjadikannya sebagai
MungkinAnda memiliki waktu yang luang atau sudah mempunyai pekerjaan tapi ingin menjadi calon wirausaha? Contoh Usaha Sampingan Limbah Plastik yang bisa menjadi usaha pendamping Anda. Usaha ini butuh keahlian dan modal tersebut yang bisa dari investasi pribadi maupun pinjaman uang.
Vay Tiền Nhanh Ggads. Operation Mer Propre Sampah medis banyak ditemukan di laut saat dunia sedang bergulat melawan COVID-19. merupakan bahan baku pembuatan APD alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan hingga hazmat. Ocean Conservacy melaporkan, bahwa setidaknya terdapat 129 miliar masker sekali pakai dan 65 miliar sarung tangan medis yang digunakan seluruh dunia setiap bulannya. Jumlah produksinya kian masif semenjak pagebluk Covid-19 yang bermula di Indoensia pada Maret tahun silam. Akibatnya, plastik medis menambah permasalahan lingkungan sepanjang masa krisis ini, yakni limbah APD yang makin mencemari lingkungan. Di Indonesia, khususnya Teluk Jakarta, para peneliti LIPI mencatat bahwa limbah APD menjadi penyumbang terbesar. Mereka memperkirakan, limbah yang mendominasi itu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem. Limbah APD dinilai menjadi sumber mikroplastik yang beracun. Baca Juga Tak Hanya Sebabkan Krisis Kesehatan dan Ekonomi, Covid-19 Turut Ancam Keberlangsungan Ekosistem Laut "Semenjak masa pandemi, penggunaan masker medis pada masyarakat umum semakin meningkat, sehingga perlu antisipasi terhadap limbah masker medis,” terang Agus Haryono, dari LIPI dalam rilis pers. Untuk mengentaskan masalah lingkungan itu, ilmuwan Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sunit Suhendra, menyebut bahwa metode rekristalisasi dapat diaplikasikan pada semua jenis limbah plastik seperti PE Polyethylene, PP Polupropylene, PVC Polyvinyl Chloride, PS Polystryerene. "Sebenarnya rekristalisasi bukan ilmu yang baru. Metode ini menggunakan salah satu prinsip sifat dari plastik yang jarang diperhatikan," jelas Sunit Hendrana, saat dihubungi National Geographic Indonesia. Salah satu sifat plastik adalah dapat dilarutkan. Sifat itulah yang menjadi prinsip penelitian yang dilakukan Sunit. Ia menilai metode ini memiliki keunggulan karena mudah dilakukan, bahan-bahannya mudah ditemukan, dan lebih sedikit menghasilkan polusi jika dibandingkan dengan pembakaran atau metode pelelehan yang biasanya dilakukan. Menurutnya, metode pegolahan sampah plastik yang biasa digunakan lewat pembakaran daur ulang atau pelelehan kembali itu memiliki banyak kekurangan. "Kalau pakai cara yang biasa dengan membuat granula atau pellet, itu akan kesulitan untuk pengumpulan dan prapemilihannya," paparnya. "Belum lagi ada persyaratan steril yang harus dilakukan sebelumnya." Dalam buku Experimental Organic Chemistry Principles and Practice yang ditulis Laurence M Harwood dan Christopher J. Moody, proses rekristalisasi adalah teknik untuk memurnikan zat kimia. Suhu zat pelarut yang digunakan pada proses ini haruslah sepertiga lebih kecil dari titik lebur logam. Baca Juga Saya Pilih Bumi Laut Bukan Tempat Sampah, Jaga Tetap Lestari Pada praktik penelitian, limbah plastik medis sebagian dipotong jika diperlukan. Kemudian dilarutkan dengan toluena, dan diendapkan dengan antipelarut jenis alkohol. Proses berikutnya, penyaringan yang biasa digunakan untuk menghasilkan serbuk kristal. Serbuk kristal yang dihasilkan pada proses ini dinilai memiliki kerusakan struktur kimia yang minim. Sehingga hasil kristal itu layak untuk kembali dijadikan plastik sebagai bahan baku APD. "Kemudian zat pelarutnya juga dapat dipisahkan dengan destilasi untuk proses [pelarutan] dari awal," jelasnya. Ia menerangkan bahwa penelitian ini sudah terdaftar dalam paten. Namun untuk publikasi laporan masih menunggu proses peninjauan kembali yang diperkirakan membutuhkan waktu hingga enam bulan. Sunit berharap hasil penelitiannya menjadi opsi bagi pemerintah untuk menghadapi pagebluk dengan pengolahan sampah. Ia menambahkan melalui metode yang mudah dan lebih bersahabat ini diharapkan diaplikasikan oleh sejumlah pihak, khususnya yang menangani limbah di tempatnya. "Dengan cara ini kita bisa lakukan di tempatnya masing-masing, baik yang di luar Jakarta juga. Bahan kimianya diproduksi juga kok di Indonesia," katanya. "Prosesnya tidak memakan ruang yang luas dan tentunya tanpa cerobong asap," ia menekankan kembali. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Limbah Plastik, dokumentasi by merupakan salah satu bahan yang banyak dimanfaatkan dalam dunia industri baik makanan, pakaian, kesehatan dan lain seterusnya. Plastik banyak digunakan karena memiliki banyak kelebihan, yaitu bersifat ringan, transparan, tahan air, serta mempunyai harga yang relative murah. Oleh sebab itu peningkatan jumlah produksi plastik pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sampah atau plastik memiliki banyak kelebihan, namun penggunaan plastik ternyata dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, serta dapat membahayakan kesehatan plastik yang sudah terlanjur mencemari lingkungan dapat didegradasi dengan memanfaatkan bakteri. Adapun jenis bakteri yang berpotensi atau dapat membantu mengurai limbah plastik adalah bakteri Pseudomonas plastik termasuk salah satu golongan polimer komplek yang sangat sulit terurai atau terdegradasi di lingkungan. Butuh waktu yang sangat lama untuk mengurainya karena plastik mempunyai struktur polimer rantai panjang dan hasil penelitian pada tahun 2015 menyebutkan bahwa dalam setiap tahunnya lebih dari 260 juta ton plastik yang diproduksi, sehingga terdapat persentase sampah plastic sekitar 8-12,7% dari total limbah padat yang menyebabkan terjadinya penumpukan limbah, ternyata polimer plastik juga dapat melepaskan berbagai senyawa kimia toksik bila bereaksi dengan komponen biotik maupun abiotik di lingkungan, seperti senyawa Bisphenol A, dioktil ptalat DOP, vynil khlorida, akri lonitril, meta crylonitril venylidine chloride serta shyrene, dimana tergolong senyawa kimia yang bersifat Bakteri Pseudomonas spPemanfaatan bakteri sebagai biodegradator alami tergolong sebuah langkah yang efektif dalam mendukung upaya pengolahan sampah plastik yang berkelanjutan, hal ini dikarenakan proses ini tidak membutuhkan biaya yang cukup mahal dan mampu mengeliminasi produk plastik tanpa disertai pelepasan senyawa toksik ke satu bakteri yang telah berpotensi mendegradasi plastik adalah dari genus Pseudomonas sp. Berdasarkan penelitian hibah Risetmu yang dilakukan oleh Dosen UM Surabaya atas nama Arimurti dan Rohmayani 2022 didapatkan 23 jenis isolat bakteri namun setelah melakukan berbagai macam uji mendapatkan hasil identifikasi isolat bakteri yang mampu mendegradasi polimer plastik jenis HDPE dan LDPE dengan menggunakan Vitek 2 Compact System menunjukkan hasil bahwa isolat 20 K2T3U1 WEM tergolong dari spesies bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Main Article Content Abstract Semakin meningkatnya sampah di Desa Terusan Mulya ini akan menjadi masalah serius apabila tidak dicari penyelesaiannya. Di satu sisi penemuan plastik ini mempunyai dampak positif yang luar biasa, karena plastik memiliki keunggulan-keunggulan dibanding material lain. Berdasarkan analisis tersebut maka kegiatan pengabdian masyarakat ini perlu dilakukan dengan tujuan dapat meningkatkan kesadaran bagi para pelajar untuk peduli menjaga lingkungannya. Khususnya, mengelola limbah plastik menjadi produk kreatif atau kerajinan tangan yang dapat mengembangkan kreativitas serta rasa ingin tahu para hasil evaluasi diketahui, beberapa manfaat praktis yang diperoleh oleh para pelajar di Desa Terusan Mulya, yaitu Para siswa/i mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakikat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan; Para siswa/i yang menjadi peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai potensi langkah pembuatan produk kreatif dengan memanfaatkan limbah sampah plastik sekali pakai untuk dapat dijual, sehingga bernilai ekonomis; Peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat limbah jika dikelola dengan baik. Kata Kunci Limbah Plastik, Produk Kreatif, Media Pembelajaran, terusan Mulya ABSTRACT THE USE OF PLASTIC WASTE INTO CREATIVE PRODUCTS AS A LEARNING MEDIA FOR STUDENTS IN TERUSAN VILLAGE, KAPUAS DISTRICT, CENTRAL KALIMANTAN. The increasing waste in the village of Terusan Mulya will become a serious problem if a solution is not sought. On the other hand, the discovery of plastic has had a tremendous positive impact, because plastic has advantages over other materials. Based on this analysis, this community service activity needs to be carried out with the aim of increasing awareness for students to care about protecting their environment. In particular, managing plastic waste into creative products or handicrafts can develop the creativity and curiosity of students. Based on the results of the evaluation, it is known that students in the Terusan Mulya Village have received several practical benefits, namely Students get information clear and a complete understanding of the nature of community empowerment in terms of knowledge and skills; The students who become training participants get a clear picture of the potential steps for making creative products by utilizing single-use plastic waste to be sold, so it has economic value; Training participants also get a clear and complete picture of the benefits of waste if it is managed properly. Keywords Plastic Waste, Product Creative, Learning Media, Terusan Village Keywords Limbah Plastik Produk Kreatif Media Pembelajaran Terusan Mulya Article Details License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. Copy this form and after filling it, please send it to tributejournal TRANSFER STATEMENTWhen this article is accepted for publication, its copyright is transferred to TRIBUTE JOURNAL OF COMMUNITY SERVICES. The copyright transfer covers the right to reproduce and distribute the article, including reprints, translations, photographic reproductions, microform, electronic form offline, online or any other reproductions of similar nature. This is copyright transfer statement Download for signed by the corresponding author warrants that this article is original and that the author has full power to publish. The author signs for and accepts responsibility for releasing this material on behalf of any and all co-authors. In regard to all kind of plagiarism in this manuscript, if any, only the authors will take full articles published Open Access will be immediately and permanently free for everyone to read and download. We are continuously working with our author communities to select the best choice of license options, currently being defined for this journal as follows• Creative Commons Attribution-ShareAlike CC BY-SA TRIBUTE JOURNAL OF COMMUNITY SERVICES is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International are free toShare — copy and redistribute the material in any medium or formatAdapt — remix, transform, and build upon the materialfor any purpose, even licensor cannot revoke these freedoms as long as you follow the license terms. How to Cite Wibowo, D. M., & Sari, J. P. 2022. PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK MENJADI PRODUK KREATIF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAGI PELAJAR DESA TERUSAN MULYA, KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH. TRIBUTE JOURNAL OF COMMUNITY SERVICES, 32, 108–116. References Arico, Zulfan., & Jayanthi, Sri. 2017. Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Produk Kreatif Sebagai Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Martabe Jurnal Pengabdian Masyarakat, 11, 1-6. Haryono, Agus. 2016. Konsumsi Plastik Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Putra, Hijrah P., & Yebi, Yuriandala. 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 21, 21-31. Surono, Untoro Budi. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak. Jurnal Teknik, 31, 32-40. Wahyuni, Titin A., & Winardi, Ariandono D. 2022. Mengerikan, Indonesia Sudah Darurat Sampah Plastik Sehari Mencapai 64 Juta Ton, Nomor Dua Terbesar di Dunia. References Arico, Zulfan., & Jayanthi, Sri. 2017. Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Produk Kreatif Sebagai Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Martabe Jurnal Pengabdian Masyarakat, 11, 1-6. Haryono, Agus. 2016. Konsumsi Plastik Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Putra, Hijrah P., & Yebi, Yuriandala. 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 21, 21-31. Surono, Untoro Budi. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak. Jurnal Teknik, 31, 32-40. Wahyuni, Titin A., & Winardi, Ariandono D. 2022. Mengerikan, Indonesia Sudah Darurat Sampah Plastik Sehari Mencapai 64 Juta Ton, Nomor Dua Terbesar di Dunia.
- Sejauh ini plastik masih berbahaya bagi lingkungan jika tidak digunakan dengan bijak. Sampah atau limbahnya berbahaya bagi lingkungan lantaran tidak bisa terurai secara alami dan dampaknya beragam. Untuk saat ini, plastik merupakan sampah yang paling sulit dan paling lama terurai. Barang-barang plastik baru bisa terurai di tanah dengan lama waktu ratusan bahkan sampai ribuan tahun. Masalah limbah plastik ini juga yang terus menjadi fokus para ilmuwan. Para peneliti terus mencari cara tentang bagaimana untuk bisa mengurai limbah plastik lebih cepat dan tidak membahayakan lingkungan. Terbaru dan berpotensi menggembirakan untuk mengurangi limbah lingkungan, para peneliti menemukan mikroba dari pegunungan Alpen dan kutub utara yang dapat mengurai plastik tanpa memerlukan suhu tinggi. Meskipun ini hanya temuan awal, penguraian limbah plastik industri yang lebih efisien dan efektif di tempat pembuangan sampah akan memberi para ilmuwan alat baru untuk mencoba mengurangi kerusakan ekologisnya. Para ilmuwan dari Swiss Federal Institute WSL menerbitkan temuan mereka minggu ini di Frontiers in Microbiology, merinci bagaimana bakteri dan jamur yang beradaptasi dingin dari daerah kutub dan Pegunungan Alpen Swiss mencerna sebagian besar plastik yang mereka uji sementara hanya membutuhkan suhu rendah hingga rata-rata. Baca Juga Di Surabaya, Sampah Plastik Berkurang 2 Ton Setiap Hari Bagian terakhir itu sangat penting karena mikroorganisme pemakan plastik cenderung membutuhkan suhu tinggi yang tidak praktis untuk melakukan keajaibannya. “Beberapa mikroorganisme yang dapat melakukan ini telah ditemukan, tetapi ketika enzim mereka yang memungkinkan diterapkan pada skala industri, mereka biasanya hanya bekerja pada suhu di atas 30 derajat Celsius / 86 derajat Fahrenheit,” kata para peneliti menjelaskan. Sayangnya, tidak ada mikroorganisme yang diuji berhasil menghancurkan polietilen PE yang tidak dapat terurai secara hayati, salah satu plastik paling menantang yang biasa ditemukan dalam produk dan kemasan konsumen. Mereka gagal menurunkan PE bahkan setelah 126 hari inkubasi pada bahan tersebut. Tetapi 56 persen dari strain menguji poliester-poliuretan PUR yang terurai secara hayati pada 15 derajat Celcius 59 derajat Fahrenheit. Lainnya, peneliti berhasil melihat mikroba mencerna campuran polibutilena adipat tereftalat PBAT dan asam polilaktat PLA yang dapat terurai secara komersial yang tersedia secara komersial. Dua yang paling sukses adalah jamur dari genera Neodevriesia dan Lachnellula Mereka merusak setiap plastik yang diuji selain PE yang tangguh. Baca Juga Pegadaian Gandeng Plustik Daur Ulang 1 Ton Sampah Plastik Plastik adalah penemuan yang terlalu baru bagi mikroorganisme untuk berevolusi secara khusus untuk menghancurkannya. Tetapi para peneliti menyoroti bagaimana seleksi alam memperlengkapi mereka untuk memecah cutin, lapisan pelindung pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan plastik, berperan. “Mikroba telah terbukti menghasilkan berbagai macam enzim pendegradasi polimer yang terlibat dalam penghancuran dinding sel tumbuhan. Secara khusus, jamur patogen tanaman sering dilaporkan terurai poliester, karena kemampuannya untuk menghasilkan kutinase yang menargetkan polimer plastik karena kemiripannya dengan kutin polimer tanaman,” kata rekan penulis Dr. Beat Frey.
KENDAL— Polusi yang diakibatkan limbah plastik merupakan masalah pelik bagi semua negara. Setiap tahun, sekitar 8 hingga 12 juta ton plastik berakhir di lautan. Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, produksi sampah plastik di dalam negeri mencapai juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Untuk menjawab persoalan limbah plastik itu, diperlukan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan dengan menggunakan pendekatan ekonomi sirkuler. Salah satu kolaborasi terbaru untuk menjawab persoalan limbah plastik di Indonesia adalah pembangunan pabrik daur ulang botol PET di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Fasilitas milik PT ALBA Tridi Plastics Recycling Indonesia tersebut akan dibangun di area seluas 2,6 hektare. Pembangunan fasilitas produksi rPET berkualitas tinggi untuk dimanfaatkan kembali sebagai kemasan atau pembungkus makanan itu diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi upaya mewujudkan target Indonesia bebas sampah plastik pada 2040. Upacara peletakan batu pertama pabrik daur ulang tersebut dilakukan Dr Axel Schweitzer, Pemilik dan Ketua ALBA Group Asia pada Selasa 6/6/2023. Dia memimpin acara dengan didampingi oleh Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA dan Pendiri PT Tridi Oasis Group, serta Wakil Presiden ADB untuk Operasi Sektor Swasta dan Kemitraan Publik–Swasta, Ashok Lavasa. Menurut Schweitzer, ALBA Group Asia senantiasa berupaya mewujudkan visi perusahaan tentang 'Dunia Tanpa Limbah'. Karena itu, keputusan untuk melebarkan wilayah operasi ke Indonesia dan mendirikan fasilitas daur ulang diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari krisis sampah laut. “Untuk proyek strategis ini, ALBA sangat bangga menggunakan keahlian dari sister company kami yang berbasis di Jerman, Interzero dan proyek serupa di Asia, untuk mengembangkan konsep, membangun, dan mengoperasikan fasilitas ini,” ujar Axel Schweitzer, Rabu 7/6/2023 dalam keterangannya. Schweitzer menambahkan, kehadiran fasilitas tersebut meningkatkan jumlah pengumpulan sampah di Indonesia melalui penciptaan pasar sampah botol plastik. Dia percaya, proyek ini membawa dampak sosial yang positif melalui jalinan kerjasama dengan para pengumpul sampah lokal serta pembukaan berbagai lowongan kerja di Kendal dan Jawa Tengah. Dia mengatakan, ALBA menyumbangkan pengetahuan teknologi dan keunggulan operasionalnya serta kemampuan penjualan dan pemasaran global untuk hasil berkualitas tinggi. “Fasilitas baru ini akan menampung peralatan canggih yang mampu memproses botol minuman PET dan mengubahnya menjadi serpihan rPET berkualitas tinggi dan pelet rPET yang memenuhi standar kualitas untuk digunakan sebagai kemasan makanan,” lanjutnya. Peralatan dalam pabrik daur ulang yang dimiliki ALBA diproduksi oleh produsen-produsen teknologi terkemuka di Asia dan Eropa. Pabrik daur ulang itu telah dirancang untuk meminimalkan emisi udara dan memiliki proses pengolahan air yang canggih dan terintegrasi untuk memastikan keamanan pembuangan air ke sistem drainase. Peralatan yang dimiliki ALBA dapat menghasilkan sekitar 36 ribu ton PET daur ulang setiap tahunnya, termasuk PET daur ulang berkategori food-grade. Baca juga Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan botol PET baru untuk dikonsumsi kembali, baik di Indonesia maupun untuk tujuan ekspor. Untuk memenuhi kapasitas produksi sebesar 36 ribu ton itu, pabrik membutuhkan sekitar 48 ribu ton limbah botol PET setiap tahunnya. Botol-botol tersebut akan dikumpulkan dari Jawa dan sekitarnya. Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA menyatakan bahwa pihaknya senang dapat bekerja sama dengan ALBA karena perusahaan tersebut dinilai memiliki komitmen yang kuat dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dia mengatakan selain bertujuan untuk memecahkan masalah limbah dan menciptakan nilai ekonomi, investasi ALBA juga dilakukan dengan pendekatan gender. Jal tersebut memberdayakan UKM lokal dan mengingkatkan kemampuan pengusaha wanita. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
limbah plastik memiliki keunggulan karena